Smart City untuk Solusi Masalah di Perkotaan

Perkembangan cloud computing, IoT, AI, maupun block chain telah mendorong penerapan teknologi ke level yang berbeda. Salah satu wujudnya adalah beroperasinya banyak kota cerdas (smart city) di berbagai belahan dunia.

Kota cerdas merupakan wilayah kota yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam tata kelola sehari-hari.

Ide kota cerdas bermula dari konsep smart earth yang diperkenalkan oleh IBM pada tahun 2008. Setelah lebih dari sepuluh tahun riset dan perancangan, kota cerdas menjadi program strategis nasional di berbagai negara. Diantaranya Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.

Hasil pemeringkatan ‘IESE urban dynamic index’ yang dirilis tahun 2018 menunjukkan bahwa predikat kota pintar terbaik di dunia diraih oleh New York, London, dan Paris (HWW, 2018).

Di Indonesia, penerapan smart city menjadi salah satu prioritas. Hal ini direfleksikan dengan dibentuknya Gerakan Menuju 100 Smart City yang dinaungi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, Bappenas dan Kantor Staf Kepresidenan yang bertujuan membimbing Kabupaten/Kota dalam menyusun Masterplan Smart City agar bisa lebih memaksimalkan pemanfaatan teknologi, baik dalam meningkatkan pelayanan masyarakat maupun mengakselerasikan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Adapun beberapa kota-kota yang mulai menerapkan sistem smart city adalah Jakarta dengan QLUE dan CROP, kota Bandung yang mengaplikasikan Hay U untuk perizinan online, dan Makassar yang menggunakan Makassar Smart Card untuk mengakomodir sistem pemerintah dan pembayaran.

Dewasa ini, pembangunan kota pintar menjadi tolak ukur yang digunakan dalam mengukur tingkat informatisasi dan industrialisasi suatu kota. Kota pintar melibatkan semua aspek operasi perkotaan, seperti sistem pemerintah, sistem transportasi, sistem medis dan kesehatan, sistem pendidikan dan penelitian ilmiah, maupun sistem otomasi pertanian.

Sistem yang berbeda ini secara dinamis mengintegrasikan dan menyesuaikan transmisi data sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan efisiensi operasi perkotaan, dan meningkatkan tingkat hidup dan kualitas hidup masyarakat. Oleh sebab itu berbagai negara mulai mengadopsi dan menerapkan sistem ini sebagai solusi mengatasi masalah perkotaan.

Kota yang Menerapkan Konsep Smart City

Dengan IoT dan teknologi yang terhubung tersebut, smart city dapat meningkatkan kualitas, kinerja dan interaktivitas layanan perkotaan, mengoptimalkan sumber daya dan mengurangi biaya.

Oleh karena itu, sekarang sudah banyak sekali negara atau kota yang menerapkan konsep smart city. diantaranya:

1. Seoul

Menurut IESCE Cities in Motion Index, Seoul adalah smart city terbaik ke-7. Alasannya karena kota ini sangat canggih dan memiliki kualitas hidup yang tinggi.

Untuk mendapatkan Daily Population Data para warganya, pemerintah Seoul melakukan penggabungan data sinyal LTE yang berasal dari operator seluler dengan data publik pemerintahan kota. Nantinya, Daily Population Data dapat digunakan untuk analisis distrik komersial, menganalisis kesejahteraan, transportasi, dan masih banyak lagi.

Pada tahun 2020, Pemerintah metropolitan Seoul pun telah melakukan pemasangan 50.000 sensor pintar IoT di seluruh kota. Hal tersebut dilakukan guna menghimpun data kehidupan kota Seoul, misalnya polusi, lalu lintas, getaran, dan lain-lain.

Bahkan, Seoul telah berencana untuk merealisasikan konsep layanan parkir bersama dengan sensor IoT untuk memudahkan warganya memeriksa availability parkir umum.

2. Singapura

Bukan lagi sebagai smart city, Singapura sudah dapat dikatakan sebagai smart nation. Singapura sudah menerapkan konsep ini sejak 2014 dengan melakukan pemasangan sensor di sekitar Singapura guna mendapatkan informasi tentang aktivitas harian warganya.

Dengan hal tersebut, pemerintah Singapura dapat mendeteksi dan mengukur kebersihan suatu area.

Singapura pun telah meluncurkan “One Monitoring”, yaitu sistem transportasi dengan bentuk portal komprehensif yang memungkinkan warganya untuk mendapatkan informasi lalu lintas dari CCTV jalanan dan taksi ber-GPS.

Tidak hanya itu, Singapura juga telah memiliki Parking Guidance System yaitu sitem yang akan memberikan informasi ketersediaan parkir publik secara real time kepada para pengemudi.

3, New York

New York menerapkan konsep smart city dengan adanya sistem Automated Meter Reading berskala besar. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan informasi yang lebih akurat terkait konsumsi air para Newyorkers!

Selain itu, New York juga memiliki tempat sampah pintar bertenaga surya untuk memonitor tingkat sampah di kotanya serta memonitor apakah jadwal pengambilan sampah sudah dilakukan secara tepat dan sesuai.

Itulah konsep smart city dan perannya dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengotimalan fungsi kota dengan dukungan teknologi pintar dan analisis data. Walau Indonesia masih bisa dibilang tertinggal dibandingkan negara-negara lainnya, tapi setidaknya kita masih punya kesempatan untuk terus berinovasi di bidang ini.

Bagikan artikel ini